Tuesday, May 26, 2009

Pemberantasan Penyakit (disease wipe)

KATA PENGANTAR

Syuku Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang pemberantasan penyakit malaria ini rampung sudah.

Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebersar-besarnya kepada para guru penyusun yang telah memberikan ilmunya kepada penyusun.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat didalam penulisan dan isi makalah ini. Oleh karena itu, atas masukan saran dan kritikan yang positif bagi perbaikan makalah ini penyusun ucapkan terima kasih. Dan akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun pribadi dan bagi semua pihak yang membaca dan membutuhkannya.

Banda Aceh, 18 April 2009

Penyusun


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia, khususnya diluar Jawa dan Bali, di Indonesia transmigrasi dan daerah lain yang didatangi penduduk baru di daerah non endemik sering terjadi lotusan atau wabah yang menimbulkan kematian. Lebih dari setengah penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga beresiko tertular malaria.

Akibat dari perpindahan penduduk dan arus transportasi yang cepat penderita malaria bisa dijumpai di daerah yang tidak ada penularan. Seperti di Jakarta, walaupun tidak ada penularan malaria, tidak jarang ditemukan penderita malaria dan bahkan sampai ada penderita yang meninggal dunia karena tidak pasti diagnosisnya dan terlambat atau salah pengobatan.

Kemudian juga penyakit malaria di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan penyakit yang bersifat endemis dan terutama menyerang masyarakat di daerah pedesaan, dan terutama sekali penduduk yang tinggal di Pulau Weh, Sabang, dan Pulo Aceh, sehingga penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah ini. Dari hasil penelitian terhadap PR ( Parasite Rate ) malaria, ternyata provinsi NAD merupakan daerah peringkat ketiga tertinggi di Indonesia setelah Irian dan Maluku. Itulah sebabnya, maka penyakit malaria itu termasuk salah satu masalah kesehatan yang perlu segera di tandai secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Apabila dilihat dari angka klinis malaria di Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 1984 terdapat delapan penderita perseribu penduduk dengan Slide Parasite Rat (SPR) 7,60 % dan pada tahun 1985 terjadi penurunan angka klinis menjadi tiga orang perseribu penduduk, akan tetapi terjadi peningkatan SPR menjadi 16,74%.

Sedangkan dari hasil malario metric survey evaluasi yang dilakukan di daerah operasi penyemprotan pada tahun 1984 ditemukan Parasite Rate (PR) sebesar 2,94% dan pada tahun 1985 terjadi sedikit penurunan menjadi 2,31 % tetapi naik lagi pada tahun 1986 menjadi 3,29 %, sedangkan pada daerah yang sudah dilakukan operasi penyemprotan dilakukan kegiatan malario metric survey evaluasi, dimana pada tahun 2002 ditemukan Parasite Rate berkisar antara 2,79 % hingga 5,14 % dengan plasmodium fakipanin dan plasmodium viva x yang lebih dominan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Menurunkan angka kematian dan mencegah terjadi Kejadian Luar Biasa (KBL) serta sedapat mungkin menurunkan dan mempersempit daerah penularan

2. Tujuan khusus

Ø Menurunkan kematian akibat malaria

Ø Untuk menjaga agar manusia tidak akan dihinggapi suatu penyakit


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Penyakit malaria adalah penyakit infeksi massal didaerah tertentu yang mempunyai Nyamuk Anopheles sebagai vektornya (penularnya), Agent penyebab malaria adalah plasmodium,

B. Penyebab

1. Penyebab dari Individu

a. Kurangnya kesadaran akan kebersihan diri

b. Banyak penumpukan barang-barang di kamar dan rumah

c. Kebisaan berada diluar rumah sampai larut malam

2. Penyebab dari lingkungan

a. Kurangnya pelayanan kesehatan di daerah pedesaan

b. Kurangnya penyediaan obat-obatan anti malaria di daerah pedesaan/lingkungan

c. Tidaknya perubahan prilaku dilingkungan seperti sistem penanggulangan air yang jelek

d. Tidak atau kurangnya kebersihan lingkungan seperti banyaknya penumpukan sampah dan genangan air

C. Gejala Klinis

Gejala-gejala klinis malaria yaitu :

1. Demam

Demam ini berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skiton) dan berhubungan dengan pengaruh terbentuknya sitokin dan atau toksin lainnya.

2. Pembesaran Limpa

Pembesaran limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigma entrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah, limpa penderita akan menjadi bengkak, nyeri, dan penderita akan mengalami hiperemesis

3. Anemia

Disebabkan oleh penghancuran entrosit yang berlebihan. Ganguan pembentukan entrosit karena depresi.

4. Ikterus

Disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

5. Gejala Umum

Kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, nyeri pada tulang/otot, anorexia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.

D. Penularan malaria

Penularan malaria dapat berlangsung dengan 3 cara yaitu :

1. Penularan secara alami, melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi ke tubuh manusia (Natural Infection)

2. Induksi, jika stadium aseksual dalam entrosit masuk kedalam darah manusia melalui transpusi darah suntikan.

3. Ataupun seperti pada bayi baru lahir, yang masuk melalui plasenta ibu yang terinfeksi (Congunital Infection)

E. Upaya Pencegahan

Dalam melakukan pencegahan penyakit malaria, terdapat beberapa langkah pencegahan yang harus dilakukan.

Beberapa tindakan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan sanitasi pribadi dan sanitasi lingkungan

2. Menggunakan insektisida untuk membasmi vektor anopheles ataupun dengan menggunakan pembunuh nyamuk elektrik.

3. Memasang kawat kasa pada rumah-rumah di daerah endemic malaria

4. Menggunakan kelambu pada waktu tidur di malam hari.

5. Menggunakan “ Insect Repellants “ pada bagian tubuh terbuka di saat tidur, terutama di malam hari

6. Pengambilan donor darah diperiksa terlebih dahulu kesehatannya, dimana orang tersebut ataupun donor tersebut harus di pastikan bebas dari malaria.

7. Kepada penderita melaria dan gametecarriers harus dipastikan bebas dari malaria

8. Mengunakan obat supressive anti malaria secara teratur bagi penduduk di daerah endemic malaria

9. Pengawasan reguler terhadap ex penderita/excarriers oleh petugas-petugas medis di unit-unit penyelenggaraan pelayanan kesehatan setempat

10. Melakukan desinseksi terhadap kapal-kapal, pesawat, dan kendaraan yang datang dari daerah endemis malaria, oleh petugas-petugas kantor kesehatan pelabuhan setempat.

11. Kepada pendatang-pendatang baru ke daerah endemis malaria, diharuskan sebelumnya menggunakan obat-obat profilaxsis anti malaria dengan chloroguin ataupun fansidar

12. Pemberian imunisasi terhadap contact case jika memungkinkan ataupun jika vaksin anti malaria telah tersedia.

F. Upaya Pemberatasan Malaria

Pada tahun 1968, sergiev dan kawan-kawannya menganjurkan bahwa untuk pemberantasan malaria perlu dilakukan empat tindakan utama, yaitu :

1. Tindakan terhadap sumber infeksi : terdiri dari 3 bagian yaitu :

a. Screening terhadap penduduk

b. Pengobatan terhadap penderita dan carries (chemothe rapia), baik dengan jalan pengobatan reguler ataupun pegobatan anti relape

c. Chemoprophylaxis, baik secara umum, perorangan, musiman ataupun waktu terjadi transmisi atau pre epidemic

2. Tindakan pemberantasan vector : terdiri dari 4 bagian yaitu :

a. Pencegahan dan pengawasan terhadap rencana pembangunan hydroprojects

b. Melikuidasi tempat-tempat berkembang biak vector

c. Membasmi larva-larva didalam air (dengan cara anti malaria hydrotechnical system biological ataupun chemical measures)

d. Membasmi nyamuk-nyamuk yang berterbangan, baik dengan cara penyomprotan DDT, pengabutan, bom aerosols ataupun dengan menggunakan alat perangkap nyamuk.

3. Tindakan pencegahan terhadap gigitan nyamuk

Merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara zooprophy laxis ataupun dengan cara mekanik dimana manusia harus tidur di dalam kelambu dan jendela-jendela pintu rumah harus diberi kawat kasa.

4. Tindakan pendidikan kesehatan

Merupakan tindakan dengan cara memberi penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Dengan adanya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat maka kita akan dapat merubah prilaku mereka dari tidak tahu menjadi tahu.

G. Prinsip dasar pengobatan malaria

Sebelum mengobati malaria terlebih dahulu kita harus mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk pengobatan malaria, yaitu :

1. Pengobatan haruslah diberikan sedini mungkin setelah diagnosa penyakit ditegakkan

2. Pengobatan haruslah teratur dan systemis

3. Selain penderita yang harus diobati secara edeguate, juga pasien caniers atau gameto carriess harus dilikudasi

4. Pengawasan rutin oleh petugas medis harus dilaksanakan terhadap reconvalessent selama 1,5 tahun untuk malaria tropica, dan 2 tahun untuk malaria demam 3 hari (Malaria Rertina)

5. Untuk melaksanakan tugas tersebut, selain dengan mengunakan chemiopreparat sintesis anti malaria dan obat-obatan golongan anti biotika, juga harus dibarengi dengan obat-obatan suplemen lainnya seperti haemotherapi makanan yang bergizi tinggi yang lengkap dengan vitamin dan mineral serta garam calsium, zat besi, fosfat, dll.

6. Dalam mengobati sesuatu penyakit maka menetapkan diagnosis yang benar adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk diketahui terlebih dahulu. Karena : “Bene diagnostic bene curat” yang artinya apabila baik/benar diagnosisnya maka baik pula pengobatannya (Hypoctates)

H. Jenis-jenis obat anti malaria

1. Bigumal (Paludrine, Balusil, Chorguanid, Diguamil, Guanol, Palusil, Plasin, Proguanide, Chloriguane)

2. Acrichine (Atebrine, Atabrine, Methoguine, Chemiochine, Chinacrine, Haffkine, Hepacrine, Italchine)

3. Plasmocide adalah krital powder berwarna kekuning-kuningan agak jingga dan sedikit berasa pahit

4. Chingamine (Choroguine, Diphospat, Nivaguine, Resohin)

5. Hydroxychloroguine (Plaguenil, Ercoguin, Ox Cyhlorochinum, Oxychlo Roguine, Plaguinol, Quensyl, Reumoide)

6. Chloridine (Pyrimethamine, Malocide, Daraprine, Darachior, Tindurin) kristal powder berwarna putih berbau dan tanpa rasa

7. Primachine (Primaguine, Avon, Neo Quipenyl) obat yang larut dalam air

8. Chinoade (Guinocide)

9. Chinene (Ethytcarbonas Chinin / Euchinin)

10. Fansidar (Melidar Atau Suldox)


BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

1. Penyakit malaria adalah salah satu penyakit mular pada manusia dan nyamuk anopheles betina adalah sebagai vektor utamanya.

2. Penyakit malaria tidak hanya menjadi masalah kesehatan di Daerah Istimewa Aceh saja, tetapi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat secara Nasional dan Internasional

3. Pemberantasan malaria tidak akan berhasil tanpa adanya kerja sama yang baik dalam masyarakat, terutama sekali pada waktu dilakukan penyemprotan rumah ke rumah

4. Bagi penderita malaria tanpa mendapatkan pengobatan sama sekali, maka kemungkinan untuk hidup bagi penderita tersebut tidak melebihi dua tahun sejak mulai pertama masuknya plasmodium malaria ke dalam tubuh. Dan meninggal dunia karna komplikasi seperti splenitis chirrhosis hepatitis dan anemi

5. Penyakit anemia adalah penyakit yang dapat di sembuhkan dengan sempurna, asal pengobatannya cukup memenuhi syarat yang sempurna pula.

B. Saran

1. Pendekatan lintas sektoral dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sebelum melakukan tindakan-tindakan pemberantasan malaria adalah sangat penting dan perlu ditingkatkan

2. Untuk mencegah terhadap gigitan nyamuk, maka diharuskan bagi setiap orang yang tinggal di daerah malaria untuk tidur didalam kelambu.

3. apabila seseorang merasa sudah tidak enak badan, lemah, demam, menggigil, mulut pahit dan muntah-muntah, maka dia harus segera menghubungi dokter ataupun unit pelayanan kesehatan yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Pemberantasan penyakit malaria, Chairuddin Meuraxa, 2004.

Penerbit CV. Wahana, Banda Aceh

Malaria : epidimiologi, patogenesis, menifestasi klinis dan penanganan, 1999, penerbit EGC, Jakarta

0 comments: